Beranda | Artikel
Islam Menuntun Pada Keuntungan
Minggu, 1 Oktober 2017

H Achmad Pawennei SPd MM, Islam Menuntun pada Keuntungan

Harian Republika, 29 Juni 2007

Menjadikan Islam sebagai tuntutan adalah sebuah keharusan. Islam tidak hanya dijadikan sebagai tameng di kala susah. Tapi, justru di saat memperoleh sebuah kenikmatan, kita harus bertanya-tanya, apakah ini merupakan sebuah kerugian?

Model pendekatan ini yang dilakukan oleh H Achmad Pawennei, Sekretaris Jenderal ARK Kunsakti Group, Internatonal Investment Holding Co. “”Tidak setiap usaha yang berhasil itu menguntungkan. Mungkin, pada saat saya berhasil, kerugian saya lebih besar ketimbang keuntungan,””ujar Pawennei. Menurut dia, satu-satunya ukuran bahwa sesuatu yang dikerjakan memang benar-benar menguntungkan adalah manfaat dari pekerjaan itu. Tentu, manfaat yang didapat juga diperoleh dengan cara yang baik.

Untuk bisa memperoleh hasil yang seperti itu, Pawennei menilai, ajaran Islam adalah tuntunan yang terbaik. “”Saya selalu percaya, Islam selalu menuntun pada suatu keuntungan, bukan pada kerugian,””jelas dia. Pawennei mengaku, jalan hidupnya menjadi pengusaha tidaklah lempang. Banyak liku dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, kata dia, jika dimulai dengan sebuah pemikiran positif, kemampuan, serta doa, Allah akan memberikan yang terbaik.

Pawennei tidak sedang berteori. Perjalanan hidup yang dilewatilah yang mengajarkan padanya ilmu itu. Seusai lulus di SMK di Makassar, tempat kelahirannya, Pawennei ingin hijrah ke Pulau Jawa untuk meraih hidup yang lebih baik. Tapi, dirinya tidak memiliki sanak saudara di Jawa. Jika hanya beralasan mencari nafkah ke Jawa, Ayahnya tentu tidak akan mengizinkan. Sebagai pedagang, ayahnya menilai hidup di kampung bisa lebih baik. Untuk itu, pada 1962 Pawennei masuk ke TNI AU untuk mewujudkan cita-citanya itu. “”Ini hanya alasan supaya bisa ke Jawa,”” ujar dia.

Tapi, kehidupan seorang tentara ternyata juga tidak terlalu indah. Apalagi, pada saat itu banyak sekali pemberontakan yang hendak merongrong kewibawaan pemerintah. Suatu waktu, pada 1963, Pawennei dikirim ke belantara hutan di Singkawang, Kalimantan. Dirinya bersama pasukan TNI AU ditugaskan melindungi pangkalan udara yang berada di sana. Setiap hari, kata dia, selalu terjadi tembak menembak dengan pemberontak. Pawennei hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Allah supaya bisa melalui tugas ini dengan selamat. “”Kepasrahan itu membawa kita nikmat dan menghilangkan segala bentuk ketakutan,”” ujar mantan Ketua DKM Masjid Agung Cimahi ini.

Meski telah berkarir selama 18 tahun di militer dan telah menjadi seorang perwira dan dengan prospek karir yang cemerlang, pada 1974 Pawennei banting stir menjadi seorang pedagang. Padahal, saat itu masa kedinasannya hingga menuju pensiun masih puluhan tahun lagi. Usianya pun, kala itu baru 38 tahun.

Awalnya, Pawennei ragu bahwa usahanya akan berhasil. Pasalnya, pada saat akan memulai usaha, dirinya tidak memiliki modal sama sekali. Namun, dirinya merasa memperoleh kekuatan saat akan mengambil keputusan untuk tetap menempuh rencananya itu. “”Mengambil keputusan berarti petunjuk dari Allah. Karena sebelum mengambil keputusan itu, saya selalu berdoa,”” jelas mantan Sekjen DPN Asosiasi Industri Pangan Indonesia (Aspipin) ini.

Dia meyakini Allah telah mengatur rezeki setiap manusia. Bagi dirinya, yang harus dilakukan adalah berusaha. Hal ini diamininya saat usahanya telah mulai besar. “”Pada waktu saya membangun usaha saya, tidak pernah ada bayangan akan menjadi besar. Yang saya lakukan setiap saya bekerja adalah optimisme, harus melakukan sepenuh hati, dan harapan yang tinggi, tapi pencapaian adalah murni rezeki dari Allah,””jelas mantan Ketua Umum DPN ASPEKINDO ini. Memulai hanya dengan usaha kecil di belakang rumah, kini Pawennei telah memiliki empat perusahaan yang bergerak di bidang material testing equipment. Sebagai seorang pengusaha, Pawennei mengaku tidak ngotot dalam mencari keuntungan. Apalagi, jika keuntungan itu harus dicapai dengan cara-cara yang tidak halal. “”Mengapai kita harus ngotot mencari rezeki dengan cara yang tidak halal. Bukankah Allah sudah menetapkan rezeki masing-masing,””jelas dia.

Oleh : rfa


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/176-islam-menuntun-pada-keuntungan.html